Zuhair bin Qain al-Bajali awalnya bukan pendukung Ahlulbait. Bahkan, dalam beberapa riwayat, ia dikenal sebagai simpatisan kekuasaan Utsmani. Namun di tengah perjalanan, saat rombongannya berpapasan dengan rombongan Imam Husain, terjadi pergolakan batin dalam dirinya.
Istrinya, yang melihat kegundahan Zuhair, mendorongnya untuk menemui Imam. Setelah pertemuan singkat itu, Zuhair keluar dengan wajah bercahaya, seolah telah terlahir kembali. Ia berkata:
“Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan putra Rasulullah. Aku rela mengorbankan hidupku demi beliau.”
Perubahan Zuhair adalah bukti bahwa hidayah bisa hadir bahkan di tengah keraguan, asal hati masih memiliki ruang untuk kebenaran. Di Karbala, ia menjadi orator tangguh, pembela berani, dan syahid yang hatinya terbakar cinta ilahi.