Mencaci dan melaknat adalah dua tindakan dengan dua konsekuensi yang berlainan secara hukum dan etika. Karena melekatkan suatu predikat yang tak layak pada sebuah subjek, mencaci, sebagaimana menghina, mencemooh dan sejenisnya selalu negatif. Sedangkan melaknat tak selalu negatif dan tak selalu positif ditentukan oleh subjek pelaku dan objeknya serta alasan yang mendasarinya. Bila pelaknat dalam posisi benar dan baik sedangkan yang dilaknat adalah pihak yang buruk dan salah, maka pelaknatan tidak negatif.
Bila pelaknat dalam posisi salah dan buruk, sedangkan yang dilaknat adalah pihak yang benar dan baik, maka pelaknatan tidak positif.
Menyamakan perbuatan melaknat dengan mencaci dan menganggap keduanya secara general sebagai perbuatan negatif yang dikaitkan sekte iblis, meski didasarkan pada tujuan positif, menimbulkan impilikasi teologis yang justru bertentangan dengan teks suci Al-Quran. Terdapat sejumlah ayat yang memuat kata laknat dengan konotasi positif, karena pelaku pelaknatan adalah Allah, orang-orang mukmnin juga malaikat, dan pihak yang dilaknat adalah orang-orang kafir, zalim, pembohong dan sejenisnya. Di samping itu, ayat-ayat yang memuat kata laknat dengan ragam pelaku pelaknatan menegaskan bahwa pelaknatan tidak hanya dilakukan oleh Tuhan. Ini menepis opini yang kerap dihembuskan bahwa pelaknatan adalah hak khusus Allah.
Mestinya umat Islam tidak berselisih seputar laknat karena dari banyak ayat al-Quran dapat dipastikan kenetralan perbuatan melaknat yang bisa bernilai bak atau buruk mengikuti variabel elemen pelaknat dan yang dilaknat serta alasan dan tujuannya. Mestinya mereka bersilang pendapat tentang siapa yang melaknat dan siapa yang dilaknat. Artinya, siapa yang melaknat dan siapa yang dilaknat menentukan positif atau negatifnya melaknat.
Di bawah ini kami sebutkan sebagian ayat, tanpa penafsiran, yang memuat kata laknat yang berkonotasi positif:
1. Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. (QS. Al-Baqarah: 88)
2. Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu. (QS. Al-Baqarah: 89)
3. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Alkitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melaknati. (QS. Al-Baqarah: 159)
4. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya. (QS. Al-Baqarah: 161)
5. Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. (QS. Ali Imran: 61)
6. Mereka itu, balasannya ialah: bahwasanya laknat Allah ditimpakan kepada mereka, (demikian pula) laknat para malaikat dan manusia seluruhnya, (QS. Ali Imran: 87)
7. Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula): “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. An-Nissa: 46)
8. Hai orang-orang yang telah diberi Al Kitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan Kitab yang ada pada kamu sebelum Kami mengubah muka(mu), lalu Kami putarkan ke belakang atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami telah mengutuki orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabtu. Dan ketetapan Allah pasti berlaku. (QS. An-Nissa: 46)