@laravelPWA
KOMPLEKSITAS CINTA (2)
  • Judul: KOMPLEKSITAS CINTA (2)
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 20:35:12 14-6-1404

Arthur Schopenhauer

Filsuf Jerman ini menganggap cinta sebagai dorongan dasar manusia untuk memperluas diri melalui hubungan dengan orang lain. Schopenhauer mengemukakan bahwa cinta adalah manifestasi dari keinginan untuk keluar dari batas-batas ego dan bersatu dengan objek cinta.

Friedrich Nietzsche

Filsuf eksentrik ini melihat cinta sebagai bentuk keinginan untuk mencapai kebebasan dan kekuatan yang sejati. Menurutnya, cinta adalah ekspresi dari keinginan manusia untuk mengungkapkan diri secara penuh dan mencapai keberhasilan pribadi.

Søren Kierkegaard

Filsuf eksistensialis dari Denmark ini melihat cinta sebagai kerangka moral dan eksistensial yang penting dalam kehidupan manusia. Kierkegaard berpendapat bahwa cinta adalah panggilan moral yang meminta kita untuk mengungkapkan dan memperjuangkan nilai-nilai yang paling dalam dalam diri kita.

Jean-Paul Sartre

Filsuf dan sastrawan Perancis ini menyatakan bahwa cinta adalah pertemuan dua kesadaran yang membawa konsekuensi moral dan tanggung jawab yang besar. Menurutnya, cinta melibatkan kebebasan individu untuk memilih untuk mencintai dan terlibat sepenuhnya dalam hubungan tersebut.

Dari konsep keinginan untuk melampaui ego hingga pertimbangan etika dan tanggung jawab, dapat diketahui bahwa cinta merupakan tema yang kompleks.

Bagaimana filsafat Islam memaknai cinta?

Batas akhir cinta adalah cinta, bukan benci.  Batas akhir benci adalah benci, bukan cinta.

Karena cinta adalah kebenderangan, maka ia adalah ke-adaan. Karena benci adalah kegelapan, maka ia adalah ketiadaan.

Karena ke-ada-an takkan menjadi ketiadaan, maka kebenderangan takkan menjadi kegelapan. Karena ketiadaan takkan menjadi ke-ada-an, maka kegelapan takkan menjadi kebenderangan.

Karena cinta adalah kebenderangan, cinta takkan menjadi benci. Karena benci adalah kegelapan, benci takkan menjadi cinta. Karena itulah pecinta takkan menjadi pembenci, dan pembenci takkan menjadi pecinta. Pecinta tetaplah pecinta. Pembenci tetaplah pembenci.

Bila terlihat perubahan dari cinta ke benci, atau dari benci ke cinta, maka pada hakikatmya yang terjadi hanyalah transformasi cinta potensial kepada cinta aktual dan transformasi benci potensial kepada benci aktual.

Yang terkesan sebagai perubahan sikap dan pandangan dalam interaksi sosial hanyalah proses konsolidasi sesama pecinta atau konsolidasi sesama pembenci.