@laravelPWA
APA ITU MASJID DHIRAR DALAM AL-QURAN?
  • Judul: APA ITU MASJID DHIRAR DALAM AL-QURAN?
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 20:34:38 14-6-1404

Kesucian hari raya yang seharusnya berkesan dan mendamaikan telah ternodai oleh ‘ustadz’ yang dipercayai untuk memberikan khotbah hari raya kepada masyarakat dengan adanya unsur penyebaran kebencian kepada salah seorang tokoh yang isunya mulai meredup seiring berlalunya waktu. Masyarakat yang hadir merasa tidak nyaman dan akhirnya banyak yang meninggalkannya untuk melakukan hal yang lebih bermanfaat yaitu silaturahim dengan keluarganya. Di hari fitri yang seharusnya menunjukkan perubahan dalam perilaku kita setelah sebulan penuh kita menjaga hawa nafsu serta memenuhi setiap harinya dengan beribadah, namun apa yang dilakukan salah seorang khatib Shalat ‘Ied ini seakan menunjukkan kekalahannya mengendalikan hawa nafsunya karena tidak mampu mengaplikasikannya sesudah berlalunya bulan penuh kemuliaan. ‘khtib’ ini menjadikan majlis sebagai sarana untuk menyebarluaskan kebencian dan perpecahan di kalangan masyarakat

Inilah contoh seorang yang tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ

“Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Dan berapa banyak orang yang mendirikan ibadah di malam hari, tapi hanya mendapatkan begadang saja.” (HR. Ahmad)

Dengan adanya Peristiwa ini, kita langsung teringat dengan istilah ‘masjid Dhirar’ yang al-Quran pernah menyinggungnya, dimana pembangunan masjid yang seharusnya berisi pesan-pesan Ilahiyah dan bertujuan untuk menyatukan Muslimin serta menjadi simbol kekuatan persatuan tersebut. Namun mereka isi dengan umbaran kebencian yang menimbulkan perpecahan dan ketidak nyamanan diantara orang yang beriman dikalangan Muslimin.. Allah swt berfirman:

وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ ۚ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَىٰ ۖ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

“Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah di antara orang-orang yang beriman serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).” [Surat At-Taubah 107]

Ayat ini berkaitan dengan sekelompok munafik Madinah yang ingin melancarkan tujuannya merusak Muslimin dengan membangun masjid dan diisi dengan kegiatan yang merugikan Muslimin seperti khutbah-khutbah yang penuh propaganda. Rasulullah yang hendak memenuhi undangan munafikin ini untuk shalat berjamaah di dalamnya mendapatkan wahyu dari Allah swt. tentang rahasia-rahasia yang mereka lakukan di dalam masji yang dikenal dengan masjid dhirar ini dan kita tahu akhirnya Rasul pun mendapat perintah untuk membakar tempat tersebut.

Disebut masjid dhirar dikarenakan di dalamnya terdapat kegiatan yang merugikan Muslimin, dalam prinsipnya, Islam tidak menganjurkan pengikutnya untuk melakukan apapun yang merugikan (membahayakan) diri sendiri maupun orang lain seperti dalam hadits dikatakan : “Laa dharar walaa Dhiraar fil Islam” (Al-Wasail, jil. 26 hal. 14)

Adapun jenis-jenis dharar ataupun dhirarn antara lain:

1. Kerugian bagi jiwa
2. Kerugian bagi masyarakat
3. Kerugian bagi pasangan
4. Kerugian bagi sanak family
5. Pendidikan yang membahayakan (tidak bermanfaat)
6. Kerugian dalam transaksi dan muamalah
7. Bahaya bagi kelompok, etnis, mazhab dan persatuan