Kita akan kembali menggali mutiara-
mutiara hikmah dari ayat-ayat Al-
Qur’an. Dan kali ini, ayat yang akan
kita ambil adalah Firman Allah yang
berbunyi,
فَقُلْ هَل لَّكَ إِلَى أَن تَزَكَّى – وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى
Maka katakanlah (kepada Fir‘aun),
“Adakah keinginanmu untuk mensucikan
diri, dan engkau akan kubimbing ke
jalan Tuhan-mu agar engkau takut
kepada-Nya?” (QS.An-Nazi’at:18-19)
Ayat ini menceritakan tentang
perintah Allah kepada Nabi Musa as
untuk berdakwah kepada Fir’aun. Dan
yang menarik dari ayat ini adalah,
1. Cara nabi Musa berdakwah.
Coba perhatikan, beliau menggunakan
cara yang sangat santun dan tanpa
paksaan sedikitpun. Nabi Musa tidak
berkata, “Kemarilah ! Akan kusucikan
dirimu !” tapi beliau menawarkan
kepada Fir’aun “Adakah keinginanmu
untuk mensucikan diri?”
Karena tidak ada yang dapat
mensucikan seseorang kecuali dirinya
sendiri. Jika tidak ada niatan
didalam hati, maka usaha sekeras
apapun tidak akan mampu merubahnya.
2. Hidayah tidak akan sampai tanpa
penyucian diri.
Hal pertama yang perlu diperhatikan
untuk sampainya hidayah adalah
penyucian diri. Tanpa penyucian diri,
dakwah dan ajakan para nabi tidak
akan masuk dan diterima.
Bahkan Ta’lim (pembelajaran) Al-
Qur’an pun tidak dapat diserap
kecuali oleh orang-orang yang
mensucikan dirinya.
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
“Dia-lah yang Mengutus seorang Rasul
kepada kaum yang buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan
Hikmah.” (QS.Al-Jumu’ah:2)
Dalam ayat ini Allah mendahulukan
kata menyucikan jiwa sebelum
mengajarkan ilmu. Karena tujuan dari
ilmu adalah agar seseorang mampu
mensucikan dirinya. Karena itulah
Allah Mendahulukan tujuannya
(penyucian diri) sebelum ilmunya.
3. Tujuan dari dakwah adalah agar
munculnya “rasa takut” kepada Allah
swt.
Landasan utama dari dakwah adalah
penyucian diri. Dari proses
mensucikan diri itu akan muncul rasa
takut kepada Allah swt.
Kenapa harus muncul rasa takut
tersebut?
Karena hanya orang-orang yang
memiliki rasa takut lah yang akan
mengingat Allah dan taat kepada-Nya.
إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَى
“Melainkan sebagai peringatan bagi
orang yang takut (kepada Allah).”
(QS.Thaha:3)
سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَى
“Orang yang takut (kepada Allah) akan
mengambil pelajaran.” (QS.Al-A’la:10)
Namun rasa takut ini tidak akan
muncul tanpa pengenalan kepada Allah
swt. Mustahil seseorang akan takut
kepada sesuatu yang tidak ia kenali.
Karena itu ilmu dan ma’rifah sangat
dibutuhkan agar muncul rasa takut
kepada-Nya.
Maka jangan heran jika Al-Qur’an
menyebut orang-orang yang takut
kepada Allah hanyalah ulama’ (orang-
orang yang berilmu) seperti dalam
Firman-Nya,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
“Di antara hamba-hamba Allah yang
takut kepada-Nya, hanyalah para
ulama.” (QS.Fathir:28)
Kesimpulannya adalah, proses masuknya
hidayah adalah dengan mensucikan diri
terlebih dahulu. Lalu dengan menambah
ilmu untuk lebih mengenal Allah swt.
Kemudian dari situlah akan muncul
rasa takut kepada-Nya.
Dan barangsiapa yang telah memiliki
rasa takut yang sebenarnya kepada
Allah, merekalah yang disebut orang-
orang yang bertakwa.
Marilah kita sucikan diri dengan
memperbanyak ibadah dan amal baik,
karena Allah Berjanji akan Memberikan
ilmu dari-Nya secara langsung bagi
siapa saja yang mau mensucikan diri.
وَاتَّقُواْ اللّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّهُ
“Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
Memberikan pengajaran kepadamu.”
(QS.Al-Baqarah:282)