@laravelPWA
Revolusi Asyura, Manifestasi Kemulian
  • Judul: Revolusi Asyura, Manifestasi Kemulian
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 12:19:44 14-6-1404

Imam Husein as telah menampilkan keteladanan kemuliaan

dan martabat kemanusiaan. Ia tidak mengenal kata

kompromi dengan kehinaan dan kerendahan.Jiwanya tetap

tangguh meskipun anak-anak dan para sahabatnya

terbunuh, keluarganya ditawan, dan jasadnya tercabik-

cabik oleh pedang musuh. Husein bin Ali as menerima

kematian merah sehingga martabat kemanusiaan dan

kemuliaan iman tetap kekal abadi. Pada dasarnya,

Husein as mengajarkan umat manusia tentang pelajaran

pengenalan diri dan kemudian menjaga mutiara

kemanusiaan itu. Dalam ideologi Imam Husein as, sebuah

kekalahan untuk memperoleh kemuliaan adalah bukan

kekalahan, tapi ia kemenangan sejati.

 

Imam Husein as gugur dalam membela agama dan berjuang

melawan kedzaliman. Ia tidak bersedia menerima

kehinaan dan mengajarkan kepada kaum Muslim kemuliaan

dan pengorbanan demi menjaga agama. Imam Husein as

telah menghidupkan sifat sifat mulia kemanusiaan dan

mengajarkan kepada masyarakat tentang kepahlawanan dan

pengorbanan. Kemuliaan dan martabat kemanusiaan ini

tidak mengizinkan putra Ali as ini menyerah pada

kehinaan seperti, Ibnu Ziyad. Mereka tidak hanya

melecehkan agama, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan

dan menistakan putra Rasulullah Saw. Akan tetapi, Imam

Husein as bangkit menentang mereka.

 

Dalam sebuah jawaban kepada orang-orang yang

mengusulkan baiat dengan Yazid, Imam Husein as

berkata,“Ketahuilah! Sesungguhnya pejuang putra

pejuang telah dihadapkan kepada dua pilihan antara

mengangkat pedang atau memilih kehinaan. Enyahlah

kehinaan dari kami. Allah Swt dan Rasul-Nya serta

orang-orang beriman menolaknya.”Imam Husein as

mustahil memilih kehinaan, karena Allah Swt

menginginkan kemuliaan kepada umat manusia. Sang

Pencipta, Rasul Saw, dan semua orang Mukmin tidak

menerima kehidupan yang hina.

 

Keputusan Imam Husein as menolak baiat sangat penting

karena – sebagaimana kita ketahui – menerima usulan

baiat sama saja dengan mengakui dan memberi legitimasi

kepada pemerintahan Yazid dan Bani Umayyah. Dan ini

adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Imam

Husein as. Ia telah memberikan pelajaran tentang

kehormatan dan kemuliaan diri kepada generasi

mendatang. Imam Husein as berkata, "Demi Allah! Aku

tidak akan menyerah kepada kalian dengan kehinaan dan

aku tidak akan lari seperti para budak. Sesungguhnya

aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari

serangan kalian."

 

Ia menolak baiat yang hina dan memperkenalkan Allah

Swt sebagai tempatberlindung dan berkata bahwa seluruh

kemuliaan dan kekuatan adalah milik Allah Swt, dan ini

adalah puncak martabat kemanusiaan.Imam Husein as

selalu menghadirkan kemuliaan dan martabat kepada

masyarakat dan ia tidak membiarkan seseorang menyerah

pada kehinaan dan kerendahan.

 

Dikisahkan bahwa seseorang dari kaum Ansar datang

menemui Imam Husein as untuk meminta bantuan

finansial. Ia lalu berkata kepada tamunya itu, “Wahai

saudara Ansar! Jagalah harga dirimu dengan tidak

menjelaskan permintaan itu dan tuliskan keperluanmu

dalam secarik kertas.” Orang Ansar itu kemudian

mengambil secarik kertas dan menulis, “Wahai Abu

Abdillah! Aku terlilit utang 500 dinar pada seseorang

dan ia sekarang ingin mengambil uangnya, aku ingin

engkau berbicara dengannya agar ia memberiku waktu.”

 

Setelah Imam Husein as membaca pesan itu, ia mengambil

sebuah kantong yang berisi 1.000 dinar dan menyerahkan

kepada orang Ansar tersebut dan berkata, “Gunakanlah

500 dinar ini untuk melunasi utangmu dan sisanya untuk

keperluan hidupmu dan jangan pernah memohon sesuatu

kecuali kepada salah satu dari tiga orang ini; manusia

yang taat agama atau pemilik marwah dan atau pemilik

nasab yang mulia.Insan yang taat akan memenuhi

kebutuhanmu demi menyelamatkan agamamu, sedangkan

pemilik marwah merasa malu jika tidak menyanggupi

permintaanmu, sementara pemilik nasab mulia ia tahu

bahwa engkau telah mempertaruhkan harga dirimu dengan

permintaan itu, jadi ia tidak tega membiarkanmu pergi

tanpa memenuhi keperluanmu.”

 

Akhlak mulia dan perhatian kepada martabat kemanusiaan

dalam mendidik dan memperkuat kemuliaan diri dapat

ditemukan di seluruh fase kehidupan Imam Husein as.

Puncak kemuliaan ini dapat disaksikan bagaimana ia

memperlakukan pasukan musuh. Sikap Imam Husein as saat

menghadapi pasukan Hurr bin Yazid al-Riyahi adalah

bukti keluhuran jiwanya. Dalam perjalanan dari Mekkah

menuju Kufah, Imam Husein as dan rombongan dihadang

oleh pasukan musuh pimpinan Hurr di sekitar Qasr

Muqatil, tidak jauh dari Kufah. Cuaca panas dan

minimnya persediaan air memaksa semua orang untuk

berhemat. Dalam situasi seperti ini, pasukan

Hurrbertemu kafilah Imam Husein as dengan terengah-

engah kehausan.

 

Sebagian orang di kafilah menyarankan kepada Imam

Husein as agar memanfaatkan kesempatan itu untuk

menyerang pasukan Hurr. Akan tetapi, ia tidak hanya

menolak usulan tersebut, tapi juga memerintahkan

keluarga dan para sahabatnya untuk memberi air minum

kepada pasukan musuh dan ia bahkan meminta mereka

untuk memberi minum kepada hewan-hewan tunggangan.Imam

Husein as bahkan dengan tangannya sendiri memberi air

minum kepada tentara musuh yang kehausan.

 

Salah seorang tentara Hurr berkisah, “Aku adalah orang

terakhir dari pasukan Hurr yang bertemu Husein bin

Ali. Aku dicekik rasa haus dan bahkan aku tidak

sangguh memegang girbah air untuk meminumnya, Husein

menyaksikan kondisiku yang lemah dan ia kemudian

dengan tangannya sendiri memberiku minum hingga

dahagaku hilang.”Kebesaran jiwa dan kemuliaan Imam

Husein as akan tampak jelas ketika kita

membandingkannya dengan tindakan pasukan Umar bin

Sa'ad di kemudian hari. Mereka tidak hanya menutup

aliran air kepada sahabat dan pasukan Imam Husein as,

tapi juga membungkam tangisan anak-anak yang kehausan.

 

Salah satu keutamaan kepribadian Imam Husein as adalah

perhatiannya akan keselamatan seluruh umat manusia.

Sejalan dengan misi ini, ia sudah melakukan banyak

upaya untuk menyelamatkan musuh-musuhnya.Pada hari

Asyura, ketika Imam Husein as sudah dikepung dan

genderang perang sudah ditabuh,ia bergegas menuju ke

arah pasukan musuh dan memperkenalkan dirinya sebagai

jalan terakhir untuk menyelamatkan orang-orang yang

lalai dan menyadarkan mereka.Meskipun mereka mengenal

baik Husein bin Ali as, namundengan mendengar nama

kakeknya, Rasulullah Saw dan Ibunya, Fatimah Zahra as,

mungkin mereka akan meninggalkan kecongkakan dan

permusuhannya.

 

Dalam kondisi tersulit sekalipun, Husein bin Ali masih

tetap memikirkan penyelamatan orang-orang yang

memusuhinya. Apakah mereka tidak tahu siapa Husein?

Apakah 4.000 pasukan itu tidak temasuk orang yang

pernah menulis surat kepada Husein bin Ali? Bukankah

sebagian dari mereka pernah bertemu dengan Nabi

Muhammad Saw dan mendengar langsung dari Rasulullah

yang bersabda, “Husein adalah pemuda penghulu surga.”

Tapi, harta, tahta dan kebodohan telah menjadikan

mereka buta dan tuli untuk menerima kebenaran.

 

Sikap Imam Husein as membuktikan betapa tingginya

pemikirannya. Ia masih mencari cara untuk

menyelamatkan orang-orang dari kehancuran dan menolong

mereka. Di detik-detik terakhir Asyura, ksatria

Karbala berjuang seorang diri untuk membela agama dan

kemanusiaan, kebenaran dan keadilan, kebebasan dan

kemerdekaan.Ia sudah berjuang maksimal untuk

membangkitkan martabat kemanusiaan mereka. Saat

pasukan Umar bin Sa'admendekati kemah keluarga Imam

Husein as, ia berteriak lantang, “Celakalah kalian

wahai pengikut Abu Sufyan! Kalau memang kalian tidak

punya agama, tidak takut akan hari pembalasan, paling

tidak jadilah orang-orang yang bebas di dunia ini!”