Imam Husein as telah menampilkan keteladanan kemuliaan
dan martabat kemanusiaan. Ia tidak mengenal kata
kompromi dengan kehinaan dan kerendahan.Jiwanya tetap
tangguh meskipun anak-anak dan para sahabatnya
terbunuh, keluarganya ditawan, dan jasadnya tercabik-
cabik oleh pedang musuh. Husein bin Ali as menerima
kematian merah sehingga martabat kemanusiaan dan
kemuliaan iman tetap kekal abadi. Pada dasarnya,
Husein as mengajarkan umat manusia tentang pelajaran
pengenalan diri dan kemudian menjaga mutiara
kemanusiaan itu. Dalam ideologi Imam Husein as, sebuah
kekalahan untuk memperoleh kemuliaan adalah bukan
kekalahan, tapi ia kemenangan sejati.
Imam Husein as gugur dalam membela agama dan berjuang
melawan kedzaliman. Ia tidak bersedia menerima
kehinaan dan mengajarkan kepada kaum Muslim kemuliaan
dan pengorbanan demi menjaga agama. Imam Husein as
telah menghidupkan sifat sifat mulia kemanusiaan dan
mengajarkan kepada masyarakat tentang kepahlawanan dan
pengorbanan. Kemuliaan dan martabat kemanusiaan ini
tidak mengizinkan putra Ali as ini menyerah pada
kehinaan seperti, Ibnu Ziyad. Mereka tidak hanya
melecehkan agama, tapi juga nilai-nilai kemanusiaan
dan menistakan putra Rasulullah Saw. Akan tetapi, Imam
Husein as bangkit menentang mereka.
Dalam sebuah jawaban kepada orang-orang yang
mengusulkan baiat dengan Yazid, Imam Husein as
berkata,“Ketahuilah! Sesungguhnya pejuang putra
pejuang telah dihadapkan kepada dua pilihan antara
mengangkat pedang atau memilih kehinaan. Enyahlah
kehinaan dari kami. Allah Swt dan Rasul-Nya serta
orang-orang beriman menolaknya.”Imam Husein as
mustahil memilih kehinaan, karena Allah Swt
menginginkan kemuliaan kepada umat manusia. Sang
Pencipta, Rasul Saw, dan semua orang Mukmin tidak
menerima kehidupan yang hina.
Keputusan Imam Husein as menolak baiat sangat penting
karena – sebagaimana kita ketahui – menerima usulan
baiat sama saja dengan mengakui dan memberi legitimasi
kepada pemerintahan Yazid dan Bani Umayyah. Dan ini
adalah sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Imam
Husein as. Ia telah memberikan pelajaran tentang
kehormatan dan kemuliaan diri kepada generasi
mendatang. Imam Husein as berkata, "Demi Allah! Aku
tidak akan menyerah kepada kalian dengan kehinaan dan
aku tidak akan lari seperti para budak. Sesungguhnya
aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kalian dari
serangan kalian."
Ia menolak baiat yang hina dan memperkenalkan Allah
Swt sebagai tempatberlindung dan berkata bahwa seluruh
kemuliaan dan kekuatan adalah milik Allah Swt, dan ini
adalah puncak martabat kemanusiaan.Imam Husein as
selalu menghadirkan kemuliaan dan martabat kepada
masyarakat dan ia tidak membiarkan seseorang menyerah
pada kehinaan dan kerendahan.
Dikisahkan bahwa seseorang dari kaum Ansar datang
menemui Imam Husein as untuk meminta bantuan
finansial. Ia lalu berkata kepada tamunya itu, “Wahai
saudara Ansar! Jagalah harga dirimu dengan tidak
menjelaskan permintaan itu dan tuliskan keperluanmu
dalam secarik kertas.” Orang Ansar itu kemudian
mengambil secarik kertas dan menulis, “Wahai Abu
Abdillah! Aku terlilit utang 500 dinar pada seseorang
dan ia sekarang ingin mengambil uangnya, aku ingin
engkau berbicara dengannya agar ia memberiku waktu.”
Setelah Imam Husein as membaca pesan itu, ia mengambil
sebuah kantong yang berisi 1.000 dinar dan menyerahkan
kepada orang Ansar tersebut dan berkata, “Gunakanlah
500 dinar ini untuk melunasi utangmu dan sisanya untuk
keperluan hidupmu dan jangan pernah memohon sesuatu
kecuali kepada salah satu dari tiga orang ini; manusia
yang taat agama atau pemilik marwah dan atau pemilik
nasab yang mulia.Insan yang taat akan memenuhi
kebutuhanmu demi menyelamatkan agamamu, sedangkan
pemilik marwah merasa malu jika tidak menyanggupi
permintaanmu, sementara pemilik nasab mulia ia tahu
bahwa engkau telah mempertaruhkan harga dirimu dengan
permintaan itu, jadi ia tidak tega membiarkanmu pergi
tanpa memenuhi keperluanmu.”
Akhlak mulia dan perhatian kepada martabat kemanusiaan
dalam mendidik dan memperkuat kemuliaan diri dapat
ditemukan di seluruh fase kehidupan Imam Husein as.
Puncak kemuliaan ini dapat disaksikan bagaimana ia
memperlakukan pasukan musuh. Sikap Imam Husein as saat
menghadapi pasukan Hurr bin Yazid al-Riyahi adalah
bukti keluhuran jiwanya. Dalam perjalanan dari Mekkah
menuju Kufah, Imam Husein as dan rombongan dihadang
oleh pasukan musuh pimpinan Hurr di sekitar Qasr
Muqatil, tidak jauh dari Kufah. Cuaca panas dan
minimnya persediaan air memaksa semua orang untuk
berhemat. Dalam situasi seperti ini, pasukan
Hurrbertemu kafilah Imam Husein as dengan terengah-
engah kehausan.
Sebagian orang di kafilah menyarankan kepada Imam
Husein as agar memanfaatkan kesempatan itu untuk
menyerang pasukan Hurr. Akan tetapi, ia tidak hanya
menolak usulan tersebut, tapi juga memerintahkan
keluarga dan para sahabatnya untuk memberi air minum
kepada pasukan musuh dan ia bahkan meminta mereka
untuk memberi minum kepada hewan-hewan tunggangan.Imam
Husein as bahkan dengan tangannya sendiri memberi air
minum kepada tentara musuh yang kehausan.
Salah seorang tentara Hurr berkisah, “Aku adalah orang
terakhir dari pasukan Hurr yang bertemu Husein bin
Ali. Aku dicekik rasa haus dan bahkan aku tidak
sangguh memegang girbah air untuk meminumnya, Husein
menyaksikan kondisiku yang lemah dan ia kemudian
dengan tangannya sendiri memberiku minum hingga
dahagaku hilang.”Kebesaran jiwa dan kemuliaan Imam
Husein as akan tampak jelas ketika kita
membandingkannya dengan tindakan pasukan Umar bin
Sa'ad di kemudian hari. Mereka tidak hanya menutup
aliran air kepada sahabat dan pasukan Imam Husein as,
tapi juga membungkam tangisan anak-anak yang kehausan.
Salah satu keutamaan kepribadian Imam Husein as adalah
perhatiannya akan keselamatan seluruh umat manusia.
Sejalan dengan misi ini, ia sudah melakukan banyak
upaya untuk menyelamatkan musuh-musuhnya.Pada hari
Asyura, ketika Imam Husein as sudah dikepung dan
genderang perang sudah ditabuh,ia bergegas menuju ke
arah pasukan musuh dan memperkenalkan dirinya sebagai
jalan terakhir untuk menyelamatkan orang-orang yang
lalai dan menyadarkan mereka.Meskipun mereka mengenal
baik Husein bin Ali as, namundengan mendengar nama
kakeknya, Rasulullah Saw dan Ibunya, Fatimah Zahra as,
mungkin mereka akan meninggalkan kecongkakan dan
permusuhannya.
Dalam kondisi tersulit sekalipun, Husein bin Ali masih
tetap memikirkan penyelamatan orang-orang yang
memusuhinya. Apakah mereka tidak tahu siapa Husein?
Apakah 4.000 pasukan itu tidak temasuk orang yang
pernah menulis surat kepada Husein bin Ali? Bukankah
sebagian dari mereka pernah bertemu dengan Nabi
Muhammad Saw dan mendengar langsung dari Rasulullah
yang bersabda, “Husein adalah pemuda penghulu surga.”
Tapi, harta, tahta dan kebodohan telah menjadikan
mereka buta dan tuli untuk menerima kebenaran.
Sikap Imam Husein as membuktikan betapa tingginya
pemikirannya. Ia masih mencari cara untuk
menyelamatkan orang-orang dari kehancuran dan menolong
mereka. Di detik-detik terakhir Asyura, ksatria
Karbala berjuang seorang diri untuk membela agama dan
kemanusiaan, kebenaran dan keadilan, kebebasan dan
kemerdekaan.Ia sudah berjuang maksimal untuk
membangkitkan martabat kemanusiaan mereka. Saat
pasukan Umar bin Sa'admendekati kemah keluarga Imam
Husein as, ia berteriak lantang, “Celakalah kalian
wahai pengikut Abu Sufyan! Kalau memang kalian tidak
punya agama, tidak takut akan hari pembalasan, paling
tidak jadilah orang-orang yang bebas di dunia ini!”