@laravelPWA
Shalat Imam Husain di siang Asyura
  • Judul: Shalat Imam Husain di siang Asyura
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 12:19:44 14-6-1404

Apakah ada hal yang sangat mendesak Imam Husain as.

untuk melakukan shalat dhuhur dan ashar di siang hari

Asyura sehingga karenanya banyak sahabat yang mati?

Shalat adalah tiang agama[1] dan tali pengikat yang

kuat antara seorang hamba dengan Tuhannya. Seorang yang

beriman dikenal dengan shalatnya dan dengan shalat

itulah seorang hamba terus naik ke langit menuju

derajat kedekatan dengan Tuhan.[2]

Shalat adalah cara pendekatan diri kepada Tuhan dan

cahaya mata para nabi.[3] Shalat adalah awal dan akhir

nasehat Rasulullah saw.[4] Shalat adalah pelindung jiwa

dari kotoran dan nista.[5] Bahkan shalat yang tak

berjiwa pun dapat menjaga seorang manusia dari

perbuatan dosa.[6]

Muawiyah bin Wahab—salah satu sahabat Imam Shadiq as.—

bertanya kepada sang Imam, “Perbuatan terbaik apa yang

dapat mendekatkan seorang hamba kepada Tuhannya dan

Tuhan pun sangat menyukai perbuatan itu?” Imam

menjawab, “Setelah mengenal Tuhan, aku tidak melihat

ada yang lebih afdhal daripada shalat.”[7]

Jika tujuan dari perjuangan Imam Husain as. adalah

menghidupkan ajaran Tuhan dan memberantas kezaliman,

sedangkan shalat adalah tiang agama, maka apa yang

mencegah beliau untuk mendirikan shalat di padang

Karbala meskipun sejadahnya adalah darah? Di siang hari

Asyura, ketika matahari mulai zawal, Abu Tsamamah

Shaidawi mengabarkan waktu shalat kepada Imam Husain

as. dengan harapan ia dapat melakukan shalat jamaah

yang dipimpin oleh beliau kemudian setelah itu

bersama-sama menemui Sang Kuasa. Imam Husain as.

berkata kepadanya, “Engkau telah mengingatkanku akan

tibanya waktu shalat. Allah akan membangkitkanmu

bersama orang-orang yang mendirikan shalat.”[8]

Imam Husain as. dan beberapa orang dari sahabatnya

melaksanakan shalat dhuhur dan ashar meskipun anak

panah menghujani mereka dari segala arah. Sebagian dari

mereka jatuh bersimbah darah dan syahid menemui dzat

yang dicintai.

Ibadah, munajat dan bacaan ayat-ayat suci Imam Husain

as., keluarga dan sahabatnya di malam Asyura adalah

fenomena peribadatan yang terindah. Al Husain as. telah

mempelajari pelajaran cinta terhadap shalat dan

bermunajat kepada Al Haq dari ayahnya. Ibnu Abbas

ketika berada di medan peperangan Shiffin menatap Imam

Ali as. yang tengah menengadahkan kepalanya kearah

langit seakan menanti sesuatu. Ia bertanya kepada

beliau, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau sedang

mengkhawatirkan sesuatu?” Beliau menjawab, “Aku sedang

menunggu tibanya waktu shalat.” Ibnu Abbas berkata,

“Kita tidak bisa melaksanakan shalat di saat genting

seperti ini!” Imam Ali as. menjawab, “Sesungguhnya kita

memerangi mereka hanya karena memperjuangkan shalat.”

Jika para pemimpin kita saja selalu mementingkan shalat

baik di kondisi yang sangat genting seperti itu, apakah

kita pantas untuk menganggap remeh shalat awal waktu

dalam keadaan biasa-biasa saja? Apakah pantas kita

mengaku sebagai pecinta mereka akan tetapi kita tidak

meniru perilaku mereka? Kita harus memahami arti

shalat; yang mana mereka semuanya berjuang untuk

didirikannya shalat.

Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri tentang

seperti apa kenikmatan shalat, doa dan tilawah Qur’an

serta rahasia apa yang ada padanya sehingga Imam Husain

as. tidak mau meninggalkannya meski di saat-saat

seperti itu? Beliau mengutus Abbas as. ke arah para

musuh untuk meminta mereka mengundur peperangan dan di

malam Asyura beliau berkata kepadanya, “Semoga malam

ini kita bisa menjalankan shalat yang banyak dan

bermunajat kepada Tuhan serta meminta maaf-Nya.

Sesungguhnya Tuhan tahu betapa aku mencintai shalat,

tilawah Qur’an, berdoa dan beristighfar.”[9]

Betapa agungnya shalat dan munajat sehingga Imam Husain

as. lebih mendahulukan shalat daripada keselamatan

jasmaninya dan meminta musuh untuk mengundur peperangan

agar beliau mendapat kesempatan untuk menjalankan

ibadah tersebut.

 

 

CATATAN :

[1] Mizanul Hikmah, jilid 5, halaman 368, hadis ke-

10243.

[2] Ibid, hadis ke-10238.

[3] Ibid, halaman 367, hadis ke-10235.

[4] Ibid, hadis ke-10234.

[5] Al Ankabut: 45.

[6] Mizanul Hikmah, jilid 5, halaman 371, hadis ke-

10254.

[7] Ibid, halaman 369, hadis ke-10245.

[8] Biharul Anwar, jilid 45, halaman 21.

[9] Biharul Anwar, jilid 44, halaman 392.