Tanya: Apakah orang yang kebiasaannya adalah bermaksiat
hanya dengan menangisi Imam Husain as. ia menjadi orang
yang suci tanpa dosa?
Jawab: Jawaban pertanyaan ini akan menjadi jelas dengan
memahami arti syafaat yang sebenarnya. Dalam banyak
riwayat sering disebutkan bahwa ada beberapa hal yang
dapat meruntuhkan semua dosa-dosa yang telah dilakukan
oleh seorang manusia dan menjadikannya suci.
Rahasia syafaat para Imam, khususnya syafaat Imam
Husain as. yang akan dihasilkan dengan cara meratapi
beliau, baik dilakukan oleh orang yang dosanya sedikit
ataupun banyak, adalah adanya keterikatan dan hubungan
antara hamba dengan Imam maksum. Yakni ketika ada
seorang manusia yang memiliki jailnan ruhani dengan
seseorang yang lain, maka mereka akan memiliki satu
pemikiran, satu keyakinan, satu jalan. Mereka saling
mengenal dan saling mencintai dan terjalin ikatan yang
kuat di antara mereka.
Oleh karenanya, ketika seseorang meyakini seorang Imam,
menaatinya, dan paling tidak mendengarkan ucapannya,
mengamalkannya, maka ia akan menjadi orang yang
sepemikiran dengan Imam, sejalan, seakidah dan dapat
disebut serupa dengan Imam; dan atas dasar ini mereka
saling mencintai. Ini menggambarkan adanya hubungan dan
keterikatan orang tersebut dengan sang maksum; yakni
hubungan antara jiwa orang tersebut dengan jiwa maksum
di alam arwah atau alam batin. Semakin orang tersebut
berperilaku seperti maksum, semakin kuat pula
keterikatan antara mereka; dan begitu pula sebaliknya.
Dengan adanya keterikatan ini, kelak jia di hari kiamat
seorang yang terikat dengan Imam tersebut mengalami
kesulitan dalam perhitungan amalnya, maka Imam dapat
menarik tangannya dan mengangkatnya kehadirat sang
Khalik. Dengan demikian ia dapat tertolong dari
susahnya hari hisab dan terselamat dari jilatan api
neraka.
Seputar masalah syafaat terdapat sebuah pembahasan
penting. Yaitu, harus kita ketahui bahwa seseorang
dapat diberi syafaat dengan syarat orang tersebut
dengan kemauan dirinya sendiri pernah melangkahkan
kakinya menuju keridhaan Allah dan mnjauhi dosa-dosa;
yakni, orang yang dapat diberi syafaat hanyalah orang
yang telah beriman, pernah melakukan amal baik, punya
usaha untuk mentaati aturan Allah, lalu meskipun ia
pernah bersdosa tapi ia bukan termasuk orang yang
sangat banyak dan berlebihan dosa-dosanya.[1]
Oleh karenanya, tidak sembarang orang dapat mendapatkan
syafaat; dan sekedar tangisan untuk Imam Husain as.
saja tidak cukup untuk mensucikannya dari dosa. Jadi
para pendosa tidak berhak dengan mudahnya berkhayal
bahwa jika mereka berbuat dosa, hanya dengan menangis
dan jatuh cinta terhadap Imam Husain as. dosa-dosa
mereka akan diampuni. Kecuali jika kecintaan terhadap
Imam Husain as. adalah kecintaan yang hakiki dan dapat
mencegahnya dari ketergelinciran. Dan juga, salah satu
syarat diberikannya syafaat adalah keridhaan Allah itu
sendir; yakni seseorang dapat diberi syafaat ketika
Allah ridha dengan iman dan amal shaleh yang pernah
dilakukannya.
Imam Shadiq as. menuliskan sebuah surat kepada para
sahabatnya dan menjelaskan masalah ini, “Ketahuilah
bahwa tidak ada satu pun dari makhluk Allah yang bisa
membuat seorang manusia tidak membutuhkan Tuhannya,
baik malaikat ataupun nabi. Oleh karena itu, barang
siapa menginginkan pertolongan syafaat untuknya di hari
kiamat, maka ia harus berusaha agar Allah ridha
terhadapnya.”[2]
Oleh karena itu, adanya kemungkinan tertolongnya
seseorang dengan syafaat ketika ia tidak melakukan
dosa-dosa yang membuat Allah tidak ridha terhadapnya.
Karena jika Allah tidak ridha terhadap seseorang, maka
tidak akan ada lagi yang bisa menolongnya. Jadi
seseorang yang melakukan perbuatan dosa dengan mudahnya
dan ia tidak menyesalinya, lalu kemudian duduk di
majelis aza’ dan menangis untuk Imam Husain as., tidak
akan mendapatkan keridhaan Allah; orang yang tidak
diridhai, tidak akan bisa diberi syafaat.
Akan tetapi seseorang pendosa yang juga tak pernah
berhenti menyesali dosanya, memikirkan cara terhindar
dari dosa-dosa itu, karena pada dasarnya dalam batin
orang tersebut terdapat rasa benci terhadap dosa akan
tetapi ia berkali-kali gagal menguasai dirinya, mungkin
ketika ia mendatangi majelis Asyura dan menangis untuk
Imam Husain as. dosa-dosanya dapat terampuni.
Jadi, jika kita menginginkan syafaat Imam Husain as. di
hari kiamat nanti, maka kita harus berusaha untuk
menyesuaikan diri dengannya, berakidah seperti dia,
berperangai baik dan menirunya. Lalu selain itu, kita
musti berharap agar Allah meridhai kita dan menerima
syafaat para manusia suci untuk kita.
CATATAN :
[1] Mengenai masalah ini, silahkan merujuk, Tajassom e
Amal va Shafaat, halaman 106.
[2] Biharul Anwar, jilid 8, halaman 53.