@laravelPWA
Berkabungnya Ahlul Bait untuk Al Husain as
  • Judul: Berkabungnya Ahlul Bait untuk Al Husain as
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 2:5:50 15-6-1404

Tanya: Peringatan-peringatan syahadah Imam Husain as.

seperti ini apakah juga pernah diadakan di zaman para

Imam?

Jawab: Iya, pernah. Di sini kita akan menyebutkan

beberapa contoh saja:

1. Bani Hasyim berkabung atas meninggalnya Imam Husain

as. Diriwayatkan dari Imam Shadiq as. bahwa setelah

kejadian Asyura, tidak ada satu perempuan Bani Hasyim

pun yang memakai celak di matanya. Tidak terlihat asap

mengepul di atas rumah-rumah mereka yang menandakan

mereka memasak makanan. Suasana seperti ini terus

berlangsung sampai kematian Ibnu Ziyad. Semenjak

peristiwa Asyura kami selalu meneteskan air mata.[1]

2. Berkabungnya Imam Sajjad as. Disebutkan dalam

riwayat bahwa Imam Sajjad as. sepanjang hidupnya selalu

bersedih hingga ia tak pernah berhenti meneteskan air

mata. Kesedihan beliau akibat mengingat tragedi yang

menimpa ayahnya, saudara-saudaranya dan keluarganya.

Setiap saat ia dibawakan air minum, ia meneteskan air

mata dan berkata, “Bagaimana aku bisa meminum air

sedangkan mereka membunuh cucu Rasulullah saw. dalam

keadaan haus?”[2] Dan terkadang beliau juga berkata,

“Setiap saat aku mengingat terbunuhnya anak-anak

Fathimah, aku tidak bisa menahan tangis.”[3]

Imam Shadiq as. berkata kepada Zurarah, “Ketika kakekku

Ali bin Husain as. mengingat ayahnya, ia selalu

menangis sehingga air mata membasahi janggut beliau dan

membuat orang-orang lain yang melihatnya terharu dan

menangis.”[4]

3. Bersedihnya Imam Baqir as. Pada hari Asyura, Imam

Baqir as. selalu mengadakan majelis peringatan musibah

yang menimpa Imam Husain as.  Pada suatu hari di majlis

tersebut sesorang membacakan sedikit syair untuknya.

Ketka pembaca syair tersebut sampai pada kata-kata “…

telah terbunuh Al Husain…”, Imam Baqir as. menangis dan

berkata kepada pembaca syair itu, “Andai aku punya

banyak harta untuk kuberikan padamu karena syair ini,

pasti akan aku berikan. Tapi imbalan untukmu adalah doa

yang pernah Rasulullah saw. panjatkan untuk Hasan bin

Tsabit bahwa karena engkau membela Ahlul Bait as. maka

senantiasa engkau akan berada di bawah perlindungan

Ruhul Kudus.”[5]

4. Bersedihnya Imam Shadiq as. Imam Musa Kadzim as.

berkata, “Ketika bulan Muharam tiba, aku tidak pernah

melihat ayahku tertawa. Wajahnya selalu murung dan

selalu menangis hingga hari kesepuluh. Pada hari

kesepuluh, kesedihan beliau memuncak. Beliau tidak

pernah berhenti menangis dan berkata, “Ini adalah hari

syahidnya ayahku Al Husain as.”[6]

5. Berkabungnya Imam Musa Kazim as. Disebutkan bahwa

Imam Ridha as. berkata, “Ketika bulan Muharam tiba,

tidak ada orang yang melihat ayahku pernah tertawa dan

keadaan ini terus berlangsung hingga hari Asyura. Di

hari itu kesedihannya meluap-luap dan berkata, “Di hari

inilah Al Husain as. dibunuh.”[7]

6. Bersedihnya Imam Ridha as. Imam Ridha as. begitu

bersedih mengingat peristiwa Asyura sehingga beliau

berkata, “Sungguh hari terbunhnya Al Husain as. telah

membuat kelopak mata kami terluka dan mengucurkan air

matanya.”[8]

Pada suatu hari Da’bal mendatangi Imam Ridha as. Beliau

menuturkan beberapa patah kata mengenai ratapan atas

musibah Imam Husain as. Beliau berkata, “Wahai Da’bal,

orang yang menangisi kakekku Al Husain as. maka dosa-

dosanya akan diampuni.” Lalu setelah itu beliau

merentangkan tabir antara keluarga beliau dengan para

hadirin untuk mengadakan majelis peringatan musibah

Asyura.”

Kemudian beliau berkata lagi kepada Da’bal, “Bacakanlah

syair untuk Imam Husain as. Selama kamu hidup,

lakukanlah ini untuk kami dan jangan berhenti selama

engkau mampu.”

Sambil meneteskan air mata, Da’bal membacakan syair-

syairnya, “…Al Husain as. terbunuh kehausan di tepi

sungai Furat…” Lalu Imam Ridha as. dan keluarganya

menangis haru.[9]

7. Bersedihnya Imam Mahdi aj. Menurut banyak riwayat,

Imam Mahdi aj. terus menangis meratapi peritiwa yang

menimpa ayah beliau baik di saat beliau ghaibah atau

setelah kemunculannya nanti. Beliau akan berkata kepada

kakeknya Imam Husain as., “Jika zaman telah

memisahkanku jauh darimu, sehingga aku tidak ada waktu

itu sehingga mampu menolongmu, tapi kini aku meratapimu

pagi dan petang hari dan sebagai ganti air mata darah

mengalir dari mata kami. Betapa hati ini penuh luka

karena musibah yang menimpamu.”[10]

Kepergianmu membuatku menangis dengan luka di hati ini.

Aku menangis atas musibah yang menimpamu dan jika air

mata ini kering, biarlah darah yang menjadi air

mataku.[11]

 

 

CATATAN :

[1] Emam Hasan va Emam Husain, halaman 145.

[2] Biharul Anwar, jilid 44, halaman 145.

[3] Khishal, jilid 1, halaman 131.

[4] Biharul Anwar, jilid 45, halaman 207.

[5] Mishbahul Mutahajid, halaman 713.

[6] Imam Hasan wa Imam Husain as., halaman 143.

[7] Husain, Nafs e Motmaene, halaman 56.

[8] Biharul Anwar, jilid 44, halaman 284.

[9] Ibid, jilid 45, halaman 257.

[10] Biharul Anawar, jilid 101, halaman 320.

[11] Mustafa Arang, menukil dari Ashk e Hoseini,

Sarmaye e Syi’e, halaman 66.