@laravelPWA
Bulan Kebangkitan Imam Husein as
  • Judul: Bulan Kebangkitan Imam Husein as
  • Sumber:
  • Tanggal Rilis: 2:1:39 15-6-1404

Setiap tahun, ketika Muharram tiba, hati-hati para

pecinta Nabi dan keluarganya penuh gairah dan semangat.

Namun tahun ini, muslim dunia memasuki bulan Muharram

dan peringatan kebangkitan Imam Husein, selain berduka

atas gugurnya cucu Nabi, mereka juga berduka atas

tragedi Mina yang dialami para peziarah Baitullah.

Tragedi ini berujung pada tewasnya ribuan jemaah haji

dengan mulut kehausan dan kepanasan. Seraya mengenang

kebangkitan Imam Husein, mari kita berdoa kepada Allah

memohon supaya korban tragedi Mina diterima di sisi-Nya

dan mendapat ampunan serta pahala sebesar-besarnya dan

keluarga yang ditinggal diberi kesabaran.

 

Kebangkitan Imam Husein di Padang Karbala pada tahun 61

Hijriah termasuk peristiwa yang kekal dan abadi

sepanjang sejarah. Gerakan agung dan mulia ini melampau

sekat-sekat geografi dan sejarah serta terus memberikan

pengaruhnya sepanjang masa. Perjuangan Imam Husein

bahkan telah banyak menyadarkan manusia dan

membangkitkan semangat perjuangan menentang kezaliman

dan ketidakadilan. Oleh karena itu, kebangkitan Imam

Husein di sejarah Islam dan bahkan dunia memiliki

keunggulan tersendiri.

 

Seperti kita ketahui bersama, para nabi dan kekasih

Allah Swt telah mengerahkan segenap usaha dan

perjuangannya demi menyebarkan agama Ilahi, memerangi

kezaliman, kefasadan serta berupaya membebaskan manusia

dan menuntun mereka ke arah kebahagiaan. Hal ini dapat

kita saksikan dengan jelas di lembaran sejarah

sepanjang masa. Satu lagi, yang membuat perjuangan

mereka memiliki nilai suci dan agung adalah movitasi

perjuangan itu sendiri. Dalam berjuang para Nabi dan

kekasih Allah tidak memiliki tendensi pribadi, niat

tulus mereka adalah demi keridhaan Allah. Perjuangan

Imam Husein pun tak luput dari kaidah ini. Perjuangan

cucu nabi ini sepenuhnya tulus dan demi menegakkan

agama Ilahi.

 

Secara global motivasi kebangkitan Imam Husein as dapat

dicermati dalam cita-citanya menghidupkan kembali agama

Ilahi. Tak diragukan lagi, Islam berhutang banyak

terhadap usaha Nabi dan Ahlul Baitnya yang diberbagai

kesempatan membersihkan ajaran Ilahi dari debu-debu

bid’ah dan penyelewengan. Peristiwa yang terjadi pasca

meninggalnya Rasulullah menunjukkan realita bahwa

sejumlah pihak berusaha menghidupkan kembali sunah,

tradisi dan ideologi jahiliyah. Sementara sejumlah

lainnya, karena keropos dan lemahnya iman yang

dimilikinya memilih mengikuti kelompok pertama. Ada

pula kelompok yang memilih bungkam menyaksikan

peristiwa yang berlaku saat itu.

 

Seperti yang kita ketahui bersama, Nabi melalui ajaran

abadinya dan kepribadian agungnya berhasil menciptakan

perubahan mendalam dan mendasar di masyarakat Arab

jahiliyah saat itu. Namun setelah kematian beliau,

gerakan untuk menghidupkan kembali tradisi jahiliyah

semakin santer terjadi dan terbuka peluang lebar-lebar

masuknya bid’ah di agama Ilahi ini.

 

Sementara itu kaidah ini tidak boleh dilupakan bahwa

setiap terjadi perubahan dan revolusi, jejak, tradisi

dan ideologi masa lalu akan masih tetap terlihat dan

peluang masyarakat untuk kembali kepada tradisi masa

lalu mereka terbuka lebar. Seiring dengan berkuasanya

Bani Umayah di kekhalifahan Islam, gerakan untuk

menghidupkan kembali tradisi jahiliyah terus berjalan

dengan berkedok Islam serta semakin santer untuk

menyelewengkan masyarakat dari ajaran murni Islam. Di

kondisi seperti ini, sejumlah pihak berusaha

menghidupkan kembali ideologi jahiliyah yang diberantas

oleh Rasulullah. Kondisi ini mencapai puncaknya di

akhir pemerintahan Bani Umayah, tepatnya di saat Yazid

bin Muawiyah berkuasa.

 

Setelah Muawiyah, Yazid sang putra khalifah Bani Umayah

ini berkuasa. Padahal berdasarkan perjanjian Muawiyah

dengan Imam Hasan as, Muawiyah dilarang menentukan

pengganti. Pelanggaran perjanjian ini membuat Yazid

berkuasa. Untuk mempertahankan kekuasaannya, Yazid tak

segan-segan mengabaikan serta menyelewengkan hukum

Allah yang paling jelas sekali pun. Ia tercatat sosok

paling tidak layak menduduki posisi khalifah umat

muslim dalam sejarah Islam. Ia pun tak malu-malu

menunjukkan kemaksiatan dan pelanggarannya atas hukum

Ilahi.

 

Sementara itu, Imam Husein menyadari realita bahwa

orang-orang zalim dengan kedok agama, menguasai rakyat

dan mereka berusaha menghidupkan kembali ideologi

jahiliyah dengan model baru. Mereka tak segan-segan

menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan

apa yang dihalalkan-Nya. Oleh karena itu, Imam Husein

saat menjelaskan sebab penentangannya terhadap Yazid

berkata, “Aku bangkit untuk memperbaiki umat kakek-ku

dan aku ingin mengamalkan amar makruf nahi munkar,

serta berperilaku seperti sunah kakek-ku Rasulullah

Saw.”

 

Imam Husein yakin bahwa penguasa zalim tidak akan

pernah berjalan di jalan yang benar. Sebuah masyarakat

yang pernah mengecap kehidupan mulia di bawah

kepemimpinan Rasulullah, kini dihadapkan pada kenyataan

pahit berkuasanya seorang pemimpin seperti Yazid. Di

seluruh wilayah Islam saat itu, tidak dapat disaksikan

tanda-tanda keadilan. Di era kekuasaan Bani Umayah,

rasisme dan kesukuan yang diberantas dengan gigih oleh

Rasulullah, ternyata kembali dihidupkan dan seiring

dengan berlalunya waktu, menyusup di tengah-tengah

masyarakat Islam. Dengan demikian masyarakat Islam

semakin jauh dari ajaran murni agama mereka.

 

Sementara itu, para Ahlul Bait Nabi dan sejumlah tokoh

serta sahabat Nabi aktif memberikan pencerahan kepada

masyarakat dan memerangi fenomena buruk yang berusaha

menghidupkan kembali ideologi dan tradisi jahiliyah.

Namun mengingat, sosok yang menduduki kekuasaan dan

menjadi pemimpin umat Islam adalah orang yang tidak

memiliki kelayakan dan ia banyak memberikan pengaruh

negatif terhadap pemikiran serta ideologi rakyat, maka

sedikit demi sedikit ideologi Islam sejati dan sendi-

sendinya semakin terkucil.

 

Contoh nyata dalam hal ini adalah masjid yang di zaman

nabi memainkan peran siginifikan sebagai tempat

aktivitas seperti ibadah, politik dan sosial, secara

perlahan telah kehilangan fungsi utamanya dan berubah

menjadi tempat ibadah individu. Seremonial yang digelar

di masjid Makkah, Madinah, Damaskus, Kufah dan Basra

atas nama agama adalah ritual yang tidak memiliki

semangat atau sekedar penipuan terhadap rakyat.

 

Saat itu dapat dikatakan bahwa seluruh amal ibadah

tidak memiliki pengaruh positifinya dan tidak efisien.

Di sisi lain, umat Muslim saat itu tidak peduli dengan

gerakan dan peristiwa sosial dan politik di sekitarnya.

Atau dengan kata lain, mereka telah jauh dari esensi

sejati agama yang mereka anut. Artinya, Bani Umayah

dengan program yang tersusun rapi, dengan menampilkan

Islam di luarnya, sejatinya telah menghancurkan ajaran

sejati agama samawi ini. Transformasi ini telah membuat

umat Islam tidak peduli. Bahkan sejumlah tokoh Islam

saat itu ternyata malah mengkhawatirkan kepentingan

materinya ketimbang mengkhawatirkan agama Ilahi

tersebut.

 

Di kondisi seperti  ini, sosok seperti Imam Husein

tidak dapat berdiam diri dan beliau menyadari

sepenuhnya bahwa bungkam dihadapan kebijakan serta

strategi manusia seperti Yazid akan berujung pada

musnahnya Islam. Meski Yazid berusaha keras mengambil

baiat dari Imam Husein, namun Imam menolak memberikan

baiat kepada pemimpin Bani Umayah ini, serta bertekad

memberikan perlawanan kepada para pemimpin zalim Bani

Umayah.

 

Imam Husein selama pergerakannya senantiasa memberi

pencerahan kepada rakyat serta tokoh masyarakat. Ini

merupakan tugas pemimpin umat Islam memberi kesempatan

kepada masyarakat untuk memiliki pandangan yang benar

dan membangunkan hati-hati yang tertidur. Oleh karena

itu, Imam Husein di berbagai kesempatan aktif memberi

pencerahan kepada masyarakat. Metode perjuangan Imam

Husein mengedepankan semangat mencari kehormatan dan

menjauhi kehinaan. Dalam perjuangannya, Imam Husein

juga menekankan kebebasan dan kehormatan manusia. Di

berbagai kesempatan, Imam Husein senantiasa

mengingatkan hal-hal tersebut.

 

Imam Husein dengan berpegang teguh pada prinsip seperti

ini mampu menghidupkan semangat dan hasrat umat Islam,

sehingga perjuangan beliau menjadi abadi. Imam

mengingatkan umat Islam bahwa mereka jangan sampai

tunduk terhadap penguasa zalim dan hanya tunduk kepada

perintah Allah yang diturunkan demi kebahagiaan umat

Islam.

 

Husein bin Ali melalui kebangkitannya telah menunjukkan

sebuah hakikat indah. Hakikat tersebut adalah ketika

kezaliman menguasai umat manusia dan cahaya kebaikan

serta keutamaan padam, maka manusia harus bangkit demi

menghidupkan nilai-nilai agama, meskipun mereka harus

berkorban nyawa di jalan ini.