Setiap tahun, ketika Muharram tiba, hati-hati para
pecinta Nabi dan keluarganya penuh gairah dan semangat.
Namun tahun ini, muslim dunia memasuki bulan Muharram
dan peringatan kebangkitan Imam Husein, selain berduka
atas gugurnya cucu Nabi, mereka juga berduka atas
tragedi Mina yang dialami para peziarah Baitullah.
Tragedi ini berujung pada tewasnya ribuan jemaah haji
dengan mulut kehausan dan kepanasan. Seraya mengenang
kebangkitan Imam Husein, mari kita berdoa kepada Allah
memohon supaya korban tragedi Mina diterima di sisi-Nya
dan mendapat ampunan serta pahala sebesar-besarnya dan
keluarga yang ditinggal diberi kesabaran.
Kebangkitan Imam Husein di Padang Karbala pada tahun 61
Hijriah termasuk peristiwa yang kekal dan abadi
sepanjang sejarah. Gerakan agung dan mulia ini melampau
sekat-sekat geografi dan sejarah serta terus memberikan
pengaruhnya sepanjang masa. Perjuangan Imam Husein
bahkan telah banyak menyadarkan manusia dan
membangkitkan semangat perjuangan menentang kezaliman
dan ketidakadilan. Oleh karena itu, kebangkitan Imam
Husein di sejarah Islam dan bahkan dunia memiliki
keunggulan tersendiri.
Seperti kita ketahui bersama, para nabi dan kekasih
Allah Swt telah mengerahkan segenap usaha dan
perjuangannya demi menyebarkan agama Ilahi, memerangi
kezaliman, kefasadan serta berupaya membebaskan manusia
dan menuntun mereka ke arah kebahagiaan. Hal ini dapat
kita saksikan dengan jelas di lembaran sejarah
sepanjang masa. Satu lagi, yang membuat perjuangan
mereka memiliki nilai suci dan agung adalah movitasi
perjuangan itu sendiri. Dalam berjuang para Nabi dan
kekasih Allah tidak memiliki tendensi pribadi, niat
tulus mereka adalah demi keridhaan Allah. Perjuangan
Imam Husein pun tak luput dari kaidah ini. Perjuangan
cucu nabi ini sepenuhnya tulus dan demi menegakkan
agama Ilahi.
Secara global motivasi kebangkitan Imam Husein as dapat
dicermati dalam cita-citanya menghidupkan kembali agama
Ilahi. Tak diragukan lagi, Islam berhutang banyak
terhadap usaha Nabi dan Ahlul Baitnya yang diberbagai
kesempatan membersihkan ajaran Ilahi dari debu-debu
bid’ah dan penyelewengan. Peristiwa yang terjadi pasca
meninggalnya Rasulullah menunjukkan realita bahwa
sejumlah pihak berusaha menghidupkan kembali sunah,
tradisi dan ideologi jahiliyah. Sementara sejumlah
lainnya, karena keropos dan lemahnya iman yang
dimilikinya memilih mengikuti kelompok pertama. Ada
pula kelompok yang memilih bungkam menyaksikan
peristiwa yang berlaku saat itu.
Seperti yang kita ketahui bersama, Nabi melalui ajaran
abadinya dan kepribadian agungnya berhasil menciptakan
perubahan mendalam dan mendasar di masyarakat Arab
jahiliyah saat itu. Namun setelah kematian beliau,
gerakan untuk menghidupkan kembali tradisi jahiliyah
semakin santer terjadi dan terbuka peluang lebar-lebar
masuknya bid’ah di agama Ilahi ini.
Sementara itu kaidah ini tidak boleh dilupakan bahwa
setiap terjadi perubahan dan revolusi, jejak, tradisi
dan ideologi masa lalu akan masih tetap terlihat dan
peluang masyarakat untuk kembali kepada tradisi masa
lalu mereka terbuka lebar. Seiring dengan berkuasanya
Bani Umayah di kekhalifahan Islam, gerakan untuk
menghidupkan kembali tradisi jahiliyah terus berjalan
dengan berkedok Islam serta semakin santer untuk
menyelewengkan masyarakat dari ajaran murni Islam. Di
kondisi seperti ini, sejumlah pihak berusaha
menghidupkan kembali ideologi jahiliyah yang diberantas
oleh Rasulullah. Kondisi ini mencapai puncaknya di
akhir pemerintahan Bani Umayah, tepatnya di saat Yazid
bin Muawiyah berkuasa.
Setelah Muawiyah, Yazid sang putra khalifah Bani Umayah
ini berkuasa. Padahal berdasarkan perjanjian Muawiyah
dengan Imam Hasan as, Muawiyah dilarang menentukan
pengganti. Pelanggaran perjanjian ini membuat Yazid
berkuasa. Untuk mempertahankan kekuasaannya, Yazid tak
segan-segan mengabaikan serta menyelewengkan hukum
Allah yang paling jelas sekali pun. Ia tercatat sosok
paling tidak layak menduduki posisi khalifah umat
muslim dalam sejarah Islam. Ia pun tak malu-malu
menunjukkan kemaksiatan dan pelanggarannya atas hukum
Ilahi.
Sementara itu, Imam Husein menyadari realita bahwa
orang-orang zalim dengan kedok agama, menguasai rakyat
dan mereka berusaha menghidupkan kembali ideologi
jahiliyah dengan model baru. Mereka tak segan-segan
menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan
apa yang dihalalkan-Nya. Oleh karena itu, Imam Husein
saat menjelaskan sebab penentangannya terhadap Yazid
berkata, “Aku bangkit untuk memperbaiki umat kakek-ku
dan aku ingin mengamalkan amar makruf nahi munkar,
serta berperilaku seperti sunah kakek-ku Rasulullah
Saw.”
Imam Husein yakin bahwa penguasa zalim tidak akan
pernah berjalan di jalan yang benar. Sebuah masyarakat
yang pernah mengecap kehidupan mulia di bawah
kepemimpinan Rasulullah, kini dihadapkan pada kenyataan
pahit berkuasanya seorang pemimpin seperti Yazid. Di
seluruh wilayah Islam saat itu, tidak dapat disaksikan
tanda-tanda keadilan. Di era kekuasaan Bani Umayah,
rasisme dan kesukuan yang diberantas dengan gigih oleh
Rasulullah, ternyata kembali dihidupkan dan seiring
dengan berlalunya waktu, menyusup di tengah-tengah
masyarakat Islam. Dengan demikian masyarakat Islam
semakin jauh dari ajaran murni agama mereka.
Sementara itu, para Ahlul Bait Nabi dan sejumlah tokoh
serta sahabat Nabi aktif memberikan pencerahan kepada
masyarakat dan memerangi fenomena buruk yang berusaha
menghidupkan kembali ideologi dan tradisi jahiliyah.
Namun mengingat, sosok yang menduduki kekuasaan dan
menjadi pemimpin umat Islam adalah orang yang tidak
memiliki kelayakan dan ia banyak memberikan pengaruh
negatif terhadap pemikiran serta ideologi rakyat, maka
sedikit demi sedikit ideologi Islam sejati dan sendi-
sendinya semakin terkucil.
Contoh nyata dalam hal ini adalah masjid yang di zaman
nabi memainkan peran siginifikan sebagai tempat
aktivitas seperti ibadah, politik dan sosial, secara
perlahan telah kehilangan fungsi utamanya dan berubah
menjadi tempat ibadah individu. Seremonial yang digelar
di masjid Makkah, Madinah, Damaskus, Kufah dan Basra
atas nama agama adalah ritual yang tidak memiliki
semangat atau sekedar penipuan terhadap rakyat.
Saat itu dapat dikatakan bahwa seluruh amal ibadah
tidak memiliki pengaruh positifinya dan tidak efisien.
Di sisi lain, umat Muslim saat itu tidak peduli dengan
gerakan dan peristiwa sosial dan politik di sekitarnya.
Atau dengan kata lain, mereka telah jauh dari esensi
sejati agama yang mereka anut. Artinya, Bani Umayah
dengan program yang tersusun rapi, dengan menampilkan
Islam di luarnya, sejatinya telah menghancurkan ajaran
sejati agama samawi ini. Transformasi ini telah membuat
umat Islam tidak peduli. Bahkan sejumlah tokoh Islam
saat itu ternyata malah mengkhawatirkan kepentingan
materinya ketimbang mengkhawatirkan agama Ilahi
tersebut.
Di kondisi seperti ini, sosok seperti Imam Husein
tidak dapat berdiam diri dan beliau menyadari
sepenuhnya bahwa bungkam dihadapan kebijakan serta
strategi manusia seperti Yazid akan berujung pada
musnahnya Islam. Meski Yazid berusaha keras mengambil
baiat dari Imam Husein, namun Imam menolak memberikan
baiat kepada pemimpin Bani Umayah ini, serta bertekad
memberikan perlawanan kepada para pemimpin zalim Bani
Umayah.
Imam Husein selama pergerakannya senantiasa memberi
pencerahan kepada rakyat serta tokoh masyarakat. Ini
merupakan tugas pemimpin umat Islam memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk memiliki pandangan yang benar
dan membangunkan hati-hati yang tertidur. Oleh karena
itu, Imam Husein di berbagai kesempatan aktif memberi
pencerahan kepada masyarakat. Metode perjuangan Imam
Husein mengedepankan semangat mencari kehormatan dan
menjauhi kehinaan. Dalam perjuangannya, Imam Husein
juga menekankan kebebasan dan kehormatan manusia. Di
berbagai kesempatan, Imam Husein senantiasa
mengingatkan hal-hal tersebut.
Imam Husein dengan berpegang teguh pada prinsip seperti
ini mampu menghidupkan semangat dan hasrat umat Islam,
sehingga perjuangan beliau menjadi abadi. Imam
mengingatkan umat Islam bahwa mereka jangan sampai
tunduk terhadap penguasa zalim dan hanya tunduk kepada
perintah Allah yang diturunkan demi kebahagiaan umat
Islam.
Husein bin Ali melalui kebangkitannya telah menunjukkan
sebuah hakikat indah. Hakikat tersebut adalah ketika
kezaliman menguasai umat manusia dan cahaya kebaikan
serta keutamaan padam, maka manusia harus bangkit demi
menghidupkan nilai-nilai agama, meskipun mereka harus
berkorban nyawa di jalan ini.